Makna Dari Sumpah Pemuda Menurut Dedi Mulyadi

Today.id - Peringatan Hari Sumpah Pemuda sendiri dihadiri oleh unsur kepemudaan, Siswa, pegawai di lingkungan Pemkab Purwakarta serta unsur Muspida dan para pejabat. Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi memaknai Hari Sumpah Pemuda sebagai wahana untuk menjaga tanah air serta memiliki daya saing, terutama untuk para generasi muda hari ini. Perkembangan teknologi hari ini seringkali membuat generasi terlena dan lupa terutama kepada tradisi.Menurutnya di generasi milenial hari ini perlu dilakukan juga revolusi kebudayaan kepada generasi muda, hal itu agar generasi muda tidak tercerabut pada akarnya. Dedi mencontohkan Jepang walaupun menguasai teknologi tetapi akar budayanya tetap terjaga walaupun teknologinya mampu menguasai dunia.

“Berhati-hatilah bahwa abad ini abad kompetisi dan kita terlena maka kita kalah dan terdominasi,tetap menjadi penjaga tradisi tapi paham teknologi,” kata Dedi dalam upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda 2017 di Halaman Bale Paseban Purwakarta. Senin (30/10/2017).

“Jepang tetap menjadi Jepang apa berubah ditengah kemajuaan teknologinya, anak-anaknya ke sekolah masih berjalan kaki. Sedangkan kita terlihat sibuk sendiri dengan piranti teknologi seperti gadget hari ini, “ ujarnya.

Ditengah gempuran era digital generasi muda harus dikenalkan pada habitat aslinya, terlebih era globalisasi yang harus memiliki daya saing, terlebih di kampung – kampung sudah terjadi perubahan kepemilikan lahan, apabila tidak disadari kedepan bangsa mengalami krisis.Hal itu berbeda dengan tahun 1998 dimana menurut Dedi bangsa Indonesia masih bisa survive karena masih mampu menjaga transaksi ekonomi, serta mampu memanfaatkan alam sebagai sumber kehidupan.

“Banyaknya pergeseran kalau sumber daya alam menipis harga pangan lebih mahal maka kedepan kita tidak akan bisa bertahan dengan krisis, karena tahun 1998 kita masih terbantu oleh kaum tradisi yang masih menyimpan uang dicelengan transaksi ekonomi masih terjaga serta rakyat hidup dengan alam,” tuturnya.

Dedi pun mengungkapkan di Hari Sumpah Pemuda tidak akan bermakna mana kala tanah dan air kita sudah terjadi pergeseran kepemilikan, lupanya bahasa daerah sebagai karakter dan identitas diri.

“Kalau bersumpah bertanah air harus punya tanah dan air, indonesia harus punya tanah dan air. Harus punya bahasa, bahasa indonesia mempersatukan dan bahasa daerahnya harus hidup jangan sampai mati,” tuturnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejam! Bayi Ini di Kubur Hidup-hidup

Bersiaplah! Waterpark Terbesar di Purwakarta Segera Hadir

Harga Sembako Naik, Pedagang Hanya Bisa Pasrah